Orang Beriman Menyikapi Virus Corona

17 Maret 2020, 13:03
Ministerium GKJ Jakarta
618

Apa Itu Virus Corona?

Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih dikenal dengan nama Virus Corona adalah jenis baru dari Coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.

Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:

Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita COVID-19.

Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu, setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19.

Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan.

Jokowi selaku Presiden RI menyampaikan bahwa sudah ada orang  di Indonesia yang positif terkena Virus Corona. Pernyataan tersebut disertai juga dengan anjuran atau himbauan kepada masyarakat di Indonesia untuk ikut berupaya melakukan pencegahan penularan Virus Corona, dengan menjaga kesehatan, menjaga hidup bersih dan mengurangi bersentuhan dengan orang lain.

Bagaimana Sikap Orang Kristen

Pernyataan dan himbauan Presiden Jokowi kemudian diikuti dengan munculnya himbauan-himbauan dari berbagai kalangan dan komunita. Termasuk komunitas orang beriman kepada Kristus atau gereja-gereja, baik gereja Katolik maupun gereja Kristen. Lalu bagaimana dengan GKJ Jakarta? Bagaimana ajakan GKJ Jakarta untuk menyikapi upaya pencegahan penularan Virus Corona, khususnya dilandasi dengan pemahaman iman Kristen.

Himbauan atau ajakan untuk mengurangi bahkan menghindari “berjabat tangan”, menghilangkan “Salam Damai” dan Doa Bapa Kami dengan “bergandengan tangan” dalam ibadah, ternyata menimbulkan pernyataan dan pertanyaan: “Sebagai orang Kristen, yang beriman kepada Yesus, Sang Juruselamat kok jadi melakukan tindakan seperti orang yang tidak beriman. Jadi takut untuk berjabat tangan dan bergandengan tangan.” 

Mari kita simak bersama, apa yang sebaiknya kita lakukan, dengan melihat beberapa kisah di Alkitab sebagai contoh.

Kisah Masa dan Meriba (Keluaran 17:1-7)

Dalam kisah ini, bangsa Israel bertengkar dengan Musa karena tidak ada air dan mereka sangat kehausan. Hingga Musa berseru-seru kepada TUHAN, apa yang harus dilakukan untuk menghadapi bangsa Israel yang sudah siap melemparinya dengan batu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Berjalanlah di depan bangsa itu dan bawalah beserta engkau beberapa orang dari antara para tua-tua Israel; bawalah juga di tanganmu tongkatmu yang kau pakai memukul sungai Nil dan pergilah. Maka Aku akan berdiri di sana di depanmu di atas gunung batu di Horeb; haruslah kau pukul  gunung batu itu dan dari dalamnya akan keluar air, sehingga bangsa itu dapat minum.” Demikianlah diperbuat Musa di depan mata tua-tua Israel.

Perhatikan kisah ini, saat Musa dalam keadaan terdesak bahkan nyawanya terancam hilang dengan lemparan batu, ia datang dan berseru kepada TUHAN.  Ini tindakan yang benar yang dilakukan oleh Musa. TUHAN tidak tinggal diam melainkan memberikan arahan apa yang harus Musa lakukan. Selanjutnya, Musa melakukan semua sesuai dengan arahan TUHAN. tidak ada yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri. Pada akhirnya, bukan hanya Musa yang selamat dari lemparan batu tetapi juga bangsa Israel mendapatkan air.

Dalam kisah tersebut, TUHAN katakan bahwa sikap bangsa Israel dengan mengatakan “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?” adalah mencobai TUHAN. Maksud dari kata “mencobai Tuhan” adalah menyangsikan penyertaan dan kekuatan TUHAN. Bangsa Israel ingin mengatakan kepada Musa bahwa TUHAN tidak menyertai mereka sehingga mereka kehausan.

Tetapi  pada akhirnya semua selamat karena Musa melakukan segala sesuatu sesuai dengan arahan TUHAN.

Kisah Musa dan Harun (Bilangan 20:2-13)

Kisah ini hampir sama dengan kisah Masa dan Meriba. Bangsa Israel bertengar dengan Musa dan Harun karena tidak ada air. Musa dan Harun meninggalkan bangsa Isarel untuk sujud menghadap TUHAN dan TUHAN memberikan arahan apa yang harus Musa lakukan. TUHAN berfirman kepada Musa: “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, haruslah menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.”(ay.8)

Tetapi apa yang dilakukan Musa, tidak sesuai dengan apa yang diarahkan atau diperintahkan oleh TUHAN. Musa memukul bukit batu dua kali. Padahal yang TUHAN perintahkan adalah katakanlah kepada bukit batu itu supaya diberi air.

Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi  TUHAN berfirman kepada Musa dan Harus: “Karena kamu tidak percaya kepadaku dan tidak menghormati kekudusanKu di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.” (ay.11-12)

Dua kisah di atas memperlihatkan sikap Musa yang berbeda. Kisah yang pertama, Musa melakukan sesuai dengan arahan atau perintah TUHAN. Tetapi kisah kedua, Musa melakukan menurut kehendaknya sendiri bahkan TUHAN katakan ia tidak menghormati kekudusan TUHAN. Keduanya sama-sama berhasil, yaitu air keluar dari gunung dan banagsa Israel terselamatkan dari kehausan. Perbedaannya, di kisah pertama Musa dan bangsa Israel selamat tetapi di kisah kedua Musa dan Harun mendapat hukuman tidak diijinkan membawa bangsa Israel masuk ke negeri yang TUHAN janjikan.

Dari dua kisah di atas, mari kita renungkan kondisi saat ini dengan adanya Virus Corona. Banyak informasi yang menjelaskan apa itu Virus Corona. Bukan hanya penjelasan tentang apa Virus Corona tetapi juga cara penularan dan pencegahannya. Pemerintah bahkan gereja-gereja mengeluarkan himbauan, arahan dan ajakan cara-cara pencegahan tertular dari Virus Corona. Bukankah himbauan, arahan dan ajakan tersebut untuk menyelamatkan kita agar tidak tertular Virus Corona? Atau siapa yang tahu, mungkin kita justru menularkan virus Corona. Sikap yang sebaiknya kita lakukan adalah tetap tenang, tetap menyimak informasi-informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya sehingga kita dapat mengikuti arahan yang benar.

Sikap bangsa Isarel yang mempertanyakan : “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?”, dikatakan oleh Tuhan sebagai sikap mencobai Tuhan. Sebab dengan pertanyaan tersebut sebenarnya bangsa Israrel meminta bukti, jika benar Tuhan itu ada, mengapa mereka kehausan dan akan mati karena kehausan. Kita juga tidak ingin mencobai Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan ada melindungi dan menjaga kita sehingga tidak perlu melakukan tindakan-tindakan pencegahan. Jika kita mengimani bahwa informasi-informasi cara pencegahan itu adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita, maka tidak seharusnya kita tidak mengikuti arahan tersebut. 

Tidak ada bedanya dengan arahan tata tertib berlalu lintas. Ketika lampu merah tapi kita masih menerobos dan terjadi kecelakaan, apakah kita akan mengatakan: “Adakah Tuhan bersamaku? Mengapa tidak melindungi aku. Padahal aku sudah berdoa memohon perlindungan-Mu”. Bukankah tindakan semacam itu berarti mencobai Tuhan? 

Mungkin kita juga pernah mendengar ilustrasi tentang orang yang terkena banjir. Ketika banjir sudah sampai selututnya, datang bantuan untuk mengevakuasi. Tapi ia mengatakan: “Tidak, terima kasih. Saya punya Tuhan yang akan menolong saya.” Banjir makin tinggi dan ia naik ke rumahnya di lantai atas. Tim evakuasi dengan perahu karet memanggilnya untuk segera dievakuasi. Tapi lagi-lagi ia berkata: “Tidak. Terima kasih. Saya punya Tuhan yang akan menolong saya.” Banjir bukan surut tapi bertambah tinggi. Terpaksa ia harus naik ke atap rumah. Lalu ia berteriak dengan suara keras: “Tuhan, adakah Engkau bersamaku? Mengapakah Engkau tidak menolongku?” Maka Tuhan menjawab: “Sudah dua kali Aku kirimkan pertolongan kepadamu. Tapi engkau menolaknya.”

Himbauan dan ajakan untuk melakukan berbagai cara pencegahan penularan virus Corona, mari kita imani sebagai arahan dan pertolongan dari Tuhan untuk menjaga dan menolong kita.

Untuk itu, gereja, khususnya dalam hal ini GKJ Jakarta, berupaya untuk mencegah terjadi penularan dan atau menularkan dengan mengikuti arahan-arahan yang benar. Bukan karena kita kurang atau tidak beriman tetapi karena kita tidak ingin mencobai Tuhan.  


Majelis GKJ Jakarta