Menjembatani Kesenjangan (Digital) Antar Generasi

07 Maret 2020, 15:03
KH
522


Kesenjangan antar generasi dalam komunitas gereja lokal merupakan masalah bagi banyak gereja dan memerlukan kecerdasan dan kiat yang tepat untuk dijembatani. Upaya menjembatani kesenjangan antar generasi mendapat tantangan baru ketika dunia digital melanda warga gereja. Khususnya antara generasi muda – yang secara umum sangat melek digital – dengan sebagian besar dari generasi tua yang tidak semuanya dapat mengikuti dengan nyaman perkembangan teknologi dimaksud. Stigma ‘gaptek’ (gagap teknologi) sering dilontarkan kepada generasi tua.

Sadar bahwa perkembangan teknologi komunikasi digital telah menambah kerumitan hubungan antar generasi, sekelompok warga gereja memilih menerjunkan diri ke dalam ‘petualangan teknologi’ untuk me-revolusioner-kan pelayanan serta budaya jemaat setempat. Kelompok yang memprakarsai upaya ini – sebut saja ‘kelompok digital antar generasi’ – berusaha untuk menjembatani jarak antar generasi yang telah diperparah oleh dampak teknologi komunikasi digital.

Kelompok pemrakarsa menemukan banyak anggota generasi tua sungguh-sungguh gagap teknologi. Namun ada juga yang sekedar menolak sama sekali untuk belajar menggunakan teknologi komunikasi yang telah tersedia. Sejumlah keluarga muda menyediakan untuk ayah dan ibu (atau kakek dan nenek) mereka ‘gadget’ seperti telepon pintar, iPad dan yang serupa itu, namun orang-orang tua itu tidak menggunakannya secara optimal. Melihat kenyataan bahwa generasi tua gereja tidak dapat merasakan manfaat dan berkat yang dibawa oleh teknologi komunikasi itu, maka ‘kelompok digital antar generasi’ berusaha mendorong umat untuk ‘terjun’ serta berpartisipasi dalam dunia teknologi digital yang sedang berkembang dan berpotensi sangat membantu. Lalu apa yang mereka lakukan?

Di pojok ruang serba guna kelompok pemrakarsa menempatkan beberapa komputer dan printer sumbangan dari warga serta beberapa gadget yang populer digunakan. Tujuannya memberikan pelatihan kepada para warga yang berminat. Generasi muda yang bersemangat untuk membagikan ketrampilan dan pengetahuannya menjadi relawan untuk menolong generasi tua yang ingin belajar. Sejumlah orang tua datang untuk belajar menggunakan internet dan e-mail serta gadget – mereka belajar sesuai dengan minat mereka: menggunakan WA, membuka akun Facebook, Twitter dan Instagram, mengirim dan menerima e-mail melalui komputer atau telepon pintar, dan sebagainya. Mereka belajar mempergunakan program-program sederhana seperti Microsoft Word, dan sebagainya.

Mereka juga belajar dan melihat sendiri bagaimana teknologi dapat meningkatkan komunikasi dan pelayanan gereja. Bagaimana situs web (website) gereja dibangun agar orang diingatkan akan visi dan misi gereja serta berbagai program kegiatan pelayanan gereja, serta rekaman-rekaman video tentang peristiwa-peristiwa penting di gereja maupun yang dilayankan oleh gereja di tengah masyarakat umum. Rekaman video dari khotbah pada hari besar Kristen, ceramah-ceramah, foto-foto kegiatan yang didokumentasikan dalam situs web gereja, jadwal beragam kegiatan umat, dan sebagainya. Pada senior (GKJ: adhiyuswa) juga merasakan betapa teknologi telah sangat membantu karena mereka juga dapat berbagi tautan (link) tertentu dari gereja kepada putra/putrinya yang tinggal di kota lain yang tidak dapat menghadiri acara-acara tertentu di gereja asal mereka. Mereka belajar mengakses streaming acara-acara tertentu yang tersedia, seperti penelaahan Alkitab online serta catatan-catatan khotbah yang diunggah ke dalam situs web. Pojok komputer di ruang serba guna itu ternyata sangat membantu, para senior mengalami sendiri manfaat dari teknologi dalam kehidupan bersama berjemaat serta kehidupan sehari-hari. Malahan beberapa senior juga mulai menggunakan Facebook (di samping WA) sebagai media sosial mereka untuk berelasi dengan keluarga yang jauh dan para sahabat.

Beberapa orang sudah mulai lebih berani menggunakan Skype, FaceTime, atau aplikasi video call lainnya untuk berkomunikasi dengan anak dan cucu yang tinggal jauh dari mereka. Mereka dapat merasakan ‘kedekatan virtual’ yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan. Kalau mengalami kesulitan mereka tidak canggung bertanya kepada yang muda-muda. Berangsur-angsur hubungan antar generasi makin diakrabkan dan warga gereja mulai memasuki zaman digital. Jarak antar generasi makin didekatkan. Menarik sekali menyaksikan para senior di gereja menikmati kemudahan komunikasi digital yang makin dikuasai dan dirasakan manfaatnya menyongsong kehidupan bersama keluarga dan persekutuan gereja yang makin kompleks pada abad ke 21.

Pada akhirnya gereja itu menyaksikan dan mengalami bahwa generasi-generasi yang berbeda dapat bekerja sama dalam menumbuhkan persekutuan antar generasi. Melalui berbagai akses yang dibuka oleh komunikasi digital agaknya iman warga juga dapat dikuatkan - melalui materi-materi gerejawi yang mudah diakses melalui situs web gereja – dan persekutuan antar generasi dan antar warga makin dibangun. [KH]