Visi Bersama

29 Mei 2019, 20:05
Yoel M. Indrasmoro
392

Di Troas, Paulus mendapatkan visi (Kis. 16:9). Dalam visinya, ia melihat seorang Makedonia berseru, ”Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”

Paulus tak membiarkan visi itu lalu begitu saja. Visi adalah mimpi dalam keadaan terjaga. Paulus mengimani, visi itu berasal dari Allah.

Selanjutnya Lukas menulis: ”Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana” (Kis. 16:10).

Menarik disimak, Paulus yang mendapatkan visi, tetapi keberangkatan ke Makedonia timbul dari kesimpulan bersama. Kelihatannya Paulus menceritakan visi itu kepada rekan-rekan sekerjanya. Visi memang harus dikomunikasikan. Visi yang dikomunikasikan akhirnya menjadi visi bersama.

Di sinilah letak kekuatan persekutuan Kristen—tak lagi visi pribadi yang dikedepankan, tetapi visi bersama. Itu hanya mungkin terjadi dalam pembicaraan bersama. Pada titik ini rapat memiliki peran strategis.

Memang bukan perkara mudah. Yang mendapatkan visi harus merumuskan dan mengomunikasikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Yang lain harus mendengarkannya dengan pikiran dan hati terbuka—jangan langsung menolak karena ketambahan beban kerja. Semua peserta rapat harus mendengarkan dan mengumandangkan—bukan suara pribadi—suara Allah.

Jika visi itu berasal dari Allah, bukan dari pikiran pribadi, maka Allah akan memampukan komunitas itu mengambil kesimpulan bersama. Kalau berasal dari Allah, Allah tidak akan lepas tangan!