Tantangan Yosua

24 Februari 2019, 09:02
Yoel M. Indrasmoro
599

Santapan Mingguan (24 Februari 2019)

Menjelang berakhirnya masa kepemimpinannya, Yosua menantang Israel untuk tetap bersikap dan bertindak sebagai hamba dalam keadaan apa pun.

Dalam pola hubungan hamba-Tuhan, kehambaan Israel sering berubah sebagaimana cuaca. Tidak tetap. Kalau keadaan baik, ya hamba Tuhan. Kalau lagi buruk, lupa bersikap sebagai hamba Tuhan. Padahal kehambaan seseorang, menurut Yosua, tidak ditentukan oleh baik buruknya hidup. Dalam situasi dan kondisi apa pun, seorang hamba harus tetap menjalani tugasnya sebagai seorang hamba, tanpa syarat.

Yosua mengasihi Israel. Kenyataan bahwa Israel sering plin plan tidak membuat Yosua bersikap masa bodoh. Kenyataan ini membuat Yosua mendorong Israel untuk mengambil sikap. Sehingga, ketika menyadari bahwa hidupnya tinggal sebentar, Yosua mengajak Israel merenungkan kembali hubungan mereka dengan Tuhan.

Yosua sendiri telah mengambil langkah tegas. Di hadapan bangsanya dia mengaku, ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan” (Yos. 24:15).

Dengan pernyataan itu, jelas bahwa Yosua beserta keluarganya memahami diri sebagai hamba Tuhan. Tak ada jalan lain bagi mereka kecuali beribadah kepada Tuhan. Kehambaan seseorang memang dibuktikan dengan kenyataan kepada siapa dia tunduk.

Berkenaan dengan tunduk di sini, pastilah tidak tunduk secara oral, tetapi juga dalam tindakan. Kehambaan seseorang tidak ditentukan oleh apa yang dikatakannya, tetapi apa yang dilakukannya.

Selamat Hari Minggu,


Pdt. Yoel M. Indrasmoro