Pilihlah Kehidupan

18 November 2019, 13:11
Yoel M. Indrasmoro
584

”Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup...” (Ul. 30:19). Demikianlah nasihat Musa kepada umat Israel. Nasihatnya sederhana dan logis. Jika mau hidup, ya pilihlah kehidupan. Sebaliknya, kalau mau mati, ya pilihlah kematian.

Sesungguhnya tak ada orang yang mau mati. Semua makhluk normalnya ingin hidup. Makanan menjadi kebutuhan primer karena manusia ingin hidup. Mengapa rumah sakit penuh? Sebab banyak orang ingin hidup. Tentunya, hidup sehat dan tidak sakit-sakitan.

Namun, kehidupan yang dimaksudkan Musa bukan sekadar hidup, tetapi hidup yang berpaut kepada Allah. Sebagai orang yang telah merasakan bagaimana Allah menyelamatkan umat Israel dari Mesir, Musa menyadari, tak ada kehidupan tanpa Allah, Sang Sumber kehidupan itu sendiri.

Tak heran, jika selanjutnya Musa menyatakan kiat untuk hidup semacam itu: ”dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya” (Ul. 30:20).

Dengan kata lain, kalau ingin sungguh hidup, umat Israel harus mengasihi Allah, mendengarkan suara-Nya, dan berpaut kepada-Nya. Ada kaitan erat antara mengasihi dan mendengarkan pribadi yang dikasihi. Aneh rasanya, kita mengasihi, namun enggan mendengarkan suara orang yang kita kasihi. Dan hanya dengan itu mereka akan tetap berpaut dengan-Nya.

Sekali lagi, itu pun cuma soal pilihan. Allah memberikan kehendak bebas dalam diri manusia. Kalau mau terus nyambung dengan-Nya, maka gelombang kita harus sama dengan gelombang-Nya. Caranya? Terus mendengarkan suara-Nya.

Inilah yang dimaksud dengan spiritualitas. Ada banyak definisi tentang spiritualitas. Namun, pada hemat saya, spiritualitas berarti terus nyambung dengan Allah. Itu berarti berpikir, bersikap, dan bertindak sebagaimana Allah.

Selamat Bekerja!