Pemilu 2019

22 Maret 2019, 20:03
KH
376

Dalam seluruh Alkitab, tugas besar yang selalu harus dihadapi dan dilakukan oleh anak-anak Tuhan adalah menggunakan anugerah kemerdekaan yang setiap orang telah menerimanya, dari Tuhan, untuk “memilih yang benar dan bertanggung jawab.”

Kita lihat misalnya, Hawa dan Adam, yang berhadapan dengan godaan sang ular – yang dengan cerdik memutarbalikkan perintah Allah, ini semacam “hoax” juga – dan mereka berdua harus mengambil keputusan untuk menaati perintah Allah atau mengikuti tawaran yang menggoda dari sang ular. Kita tahu apa yang dipilih oleh Hawa dan Adam serta apa akibatnya (Kejadian 3:1-24).

Berikutnya kita mengingat Harun yang menjadi jurubicara dan wakil Musa,abangnya, dalam memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir kembali ke Kanaan. Dalam situasi yang genting - ketika Musa naik gunung untuk menerima loh batu yang bertuliskan 10 hukum Allah – Harun sang wakil, gagal memimpin dan menunjukkan arah yang benar kepada bangsanya. Harun malah memilih larut dalam desakan umat yang sesat. Sebagai pemimpin Harun memilih mendukung permintaan yang salah. Dampak dari pilihan itu adalah “Tuhan menulahi1 bangsa itu” (Keluaran 32:1-35). Harun telah menunjukkan diri sebagai pemimpin yang gagal memilih yang benar. Akibatnya, seluruh bangsanya mendapat celaka.

Alkitab memberi kesaksian yang sangat banyak tentang tugas anak-anak Tuhan dalam mempergunakan kemerdekaan pemberian Allah untuk melakukan pilihan secara bertanggungjawab. Gambaran terakhir tentang pilihan itu kita baca dalam kitab Wahyu 3:20. Yesus digambarkan sedang berdiri di muka pintu dan mengetuk. Orang yang berada di dalam rumah dihadapkan pada pilihan untuk membuka pintu dan menerima Dia masuk, atau tidak membukakan pintu dan membiarkan Dia di luar. Tiap pilihan punya konsekwensinya masing-masing. Itu sebabnya sejak awal Alkitab menunjukkan betapa pentingnya anak-anak Tuhan cakap memilih secara bertanggung jawab demi kebaikan diri dan bangsanya.

Pemerdekaan umat Allah dalam Perjanjian Lama dari perbudakan di Mesir juga tidak serta merta membuat mereka hidup berkelimpahan di negeri yang dilukiskan sebagai “berlimpah dengan susu dan madu” (Ulangan 11:9). Ada proses perjalanan bersama – perjuangan dan perubahan-perubahan bersama - yang harus mereka tekuni sambil memandang ke depan dengan terus memelihara pengharapan kepada pemenuhan janji yang telah mereka terima dari Allah dan merawat kebersamaan mereka sebagai bangsa.

Para murid Yesus – dahulu maupun sekarang dan tentu kita juga – adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari cengkeraman dosa dan kematian. Murid-murid-Nya diharapkan hidup sesuai dengan panggilannya ‘dalam kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera,’ masing-masing dengan karunia yang telah diterima untuk digunakan dalam ‘membangun tubuh Kristus’ atau gereja-Nya, agar gereja dapat hadir dan menebarkan ‘roh kehidupan,’ bukan ‘roh kecemasan dan kematian’ di tengah masyarakatnya.

Sebentar lagi kita sebagai warga negara dihadapkan pada tugas bersama untuk MEMILIH. Kita akan memilih presiden dan wakil presiden serta wakil-wakil rakyat yang kita kenal dan harapkan dapat bekerja keras, jujur dan adil, tidak membeda-bedakan dan mampu merangkul rakyat Indonesia yang beragam suku, agama, ras maupun golongan, guna mewujudkan tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sangat diperkaya oleh keragaman atau kebhinekaan yang luar biasa sejak berabad-abad yang lalu. Sebuah kekayaan yang menyertai karunia kemerdekaan yang diberikan Allah kepada bangsa ini. Ternyata tidak setiap orang maupun pemimpin mampu melihat keragaman sebagai kekayaan dan potensi yang luar biasa.

Presiden Soekarno pernah mengingatkan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan ibarat jembatan emas yang dapat menyeberangkan kita menuju kepada masyarakat Indonesia yang bermartabat, adil dan makmur – dalam ungkapan idiomatik Jawa kuna berbunyi: “Tata tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi.” Dalam istilah yang sering kita ucapkan di gereja, disebut: shalom, yang mencakup dimensi lahir (fisik) maupun bathin (spiritual). Dengan perkataan lain, proklamasi kemerdekaan adalah awal dari sebuah proses perjuangan yang memerlukan ketekunan, kejujuran dan kesetiaan serta stamina tinggi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang bersatu dan sejahtera. Tidak ada sesuatu yang baik yang terwujud secara tiba-tiba – atau secara instan – semua memerlukan proses, memerlukan perjuangan, perlu kerja sama dan kerja keras, serta kita semua perlu turut menekuni proses itu demi terwujudnya apa yang diharapkan.

Dengan motivasi di atas, kita semua – setiap warga negara yang sudah dewasa – diminta untuk turut serta dalam PEMILU. Turut serta memilih secara benar dan bertanggung jawab calon-calon terbaik dari antara semua calon. Memang tidak ada calon yang sempurna, namun kandidat-kandidat yang integritasnya telah teruji selayaknya menjadi fokus perhatian dan pilihan kita, demi kemajuan, keadilan, dan damai sejahtera di bumi Nusantara yang bhinneka.

“Pemilihan umum telah memanggil kita!”

Kadarmanto Hardjowasito


1 Menulahi – dari kata dasar “tulah” artinya “kemalangan yang disebabkan oleh kutuk, karena perbuatan yang kurang baik terhadap orang tua (orang suci dan sebagainya), atau karena perbuatan melanggar larangan” (KBBI online).