Jalan Hidup

14 Januari 2019, 09:01
Yoel M. Indrasmoro
380

Embun Pagi (14 Januari 2019)

”Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah” (Mat. 3:15). Demikianlah alasan yang disampaikan Yesus Orang Nazaret kepada Yohanes Pembaptis.

Karena alasan itulah Dia meninggalkan Galilea menuju Sungai Yordan. Demi alasan itu pulalah anak Yusuf memohon baptisan kepada anak Zakharia. Tampaklah: menggenapkan seluruh kehendak Allah merupakan jalan hidup Yesus.

Dan Yesus tidak ingin berjalan sendirian. Dia mengajak Yohanes Pembaptis untuk berjalan di jalan hidup itu. Selanjutnya, Dia juga mengajak para murid-Nya untuk menempuh jalan tersebut.

Jalan-Nya memang tidak mudah. Hambatan kadang menghalang; juga onak duri yang tumbuh di depan. Tersulit—namun yang pertama harus diberantas—adalah yang berasal dari dalam diri sendiri: keakuan diri.

Keakuan diri tak melulu soal kesombongan pribadi. Terkadang hanya perkara kepantasan. Yohanes tak merasa pantas membaptis Yesus. Tindakan itu jelas tak sesuai kaidah masyarakat. Tidak selaras dengan norma yang ada. Jika kita ada di sana, mungkin kita pun tak rela menyaksikan Yesus dibaptis. Bukankah seharusnya Dia, Anak Allah, yang membaptis?

Namun, kalau kita protes, kemungkinan besar Sang Guru akan berkata: ”Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”

Kita? Mengapa? Karena Yesus tidak ingin berjalan di jalan hidup itu sendirian! Sang Guru ingin mengajak kita, para murid-Nya, berjalan di jalan tersebut. Bukankah itu juga yang diajarkan-Nya dalam Doa Bapa Kami—”Jadilah kehendak-Mu”?

Itu berarti bukan sebagian kehendak Allah, namun seluruh. Bukan kadang, namun selalu. Bukan dalam situasi tertentu, namun dalam segala situasi. Juga dalam dunia kerja kita!


Selamat bekerja,

Pdt. Yoel M. Indrasmoro