Waktu Tuhan

31 Desember 2018, 08:12
Yoel M. Indrasmoro
457

Embun Pagi (31 Desember 2018)

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir" (Pkh. 3:1,11).

Pengkhotbah bicara soal waktu. Itu berarti bicara soal hidup manusia. Tak ada manusia yang hidup di luar waktu. Manusia—insan waktuwi—tahu bedanya kemarin, kini, dan esok.

Berapa pun usianya, dalam sehari waktu setiap orang sama—24 jam. Tidak lebih dan tidak kurang. Sehingga ungkapan mengejar atau dikejar waktu, kurang waktu, terlambat, kecepatan sejatinya hanya masalah pengelolaan waktu! Memahami waktu dan melakukan sesuatu seturut waktunya merupakan hal logis.

Yang lebih penting lagi adalah memahami waktu Allah! Hal itu akan membuat kita bebas dari khawatir, juga frustrasi. Seandainya ada orang yang sakit menahun, maka memahami waktu—menurut kacamata manusia—akan membuatnya bosan dan kecewa.

Kita dipanggil memahami waktu menurut kacamata Allah. Hanya dengan cara begini kita dapat bertahan dan sabar! Bagaimanapun, Allah adalah pribadi yang tahu kebutuhan kita. Memahami sesuatu menurut kacamata Allah akan membuat kita menghargai hal remeh pun sebagai berkat Allah. Kita akan terhindar dari anggapan adanya hari mujur dan hari sial. Karena kita percaya Allah mengizinkan segala sesuatu terjadi demi kebaikan kita!

Manusia memang tidak dapat menyelami pekerjaan Allah. Akan tetapi, kita dapat meminta Allah untuk menolong kita agar berani percaya kepada-Nya, meski kadang tak paham kehendak-Nya. Kurang memahami kehendak Allah bukanlah soal selama kita mau memercayakan diri kepada-Nya.

Berkenaan dengan semua ini, tepatlah kata Henry Ward Beecher (1813-1887): ”Tahun yang lama telah berlalu. Biarlah semuanya berlalu. Biarkan ia pergi. Allah, dengan segala rencana-Nya yang mulia, telah membawa kita melaluinya. Semua telah berlalu;… yang jahat telah berlalu; yang baik biarlah tinggal. Yang buruk telah binasa, tetapi yang baik akan bertahan.”

Selamat menutup tahun 2018 bersama Tuhan!


Pdt. Yoel M. Indrasmoro